Langsung ke konten utama

Postingan

Yang Hilang

memang perlu jauh agar lelahku dapat lelap meski tak juga ia terpejam tak apa asal tak ada lagi yang berputar seperti ada yang hilang karena sudah runtuh tembok-tembok penghalang tak apa aku yang berlinang asal kembali terulang [dari aku yang rindu rasanya dicemaskan dan ditanyakan]
Postingan terbaru

Waktu Baru

tentang detik dan detak jantung yang pernah menderu beradu, begitu hebatnya ada kamu tentang menit yang terasa lama, sebab kita hanya saling menunggu centang biru aku malu dan kamu masih saja ragu tentang jam dan suara dering yang tak juga berbunyi ternyata kita, lupa untuk mengabari entah karena ambisi; atau sibuk sendiri-sendiri tentang hari yang masih sama dengan jam tadi lupa mengabari karena sibuk sendiri berubah menjadi emosi; dan bertemu nampaknya jadi penuh urgensi tentang pekan yang selalu kita hitung sebab kembali; perlu berbicara tentang hari-hari empat pekan seharusnya cukup untuk memperbaiki dan mempersiapkan alasan–pembelaan diri tentang bulan satu bulan tiga puluh hari satu orang memiliki satu hati tebak saja, berapa yang menambatkan hati di tiga puluh hari dan itu membuat alasanmu; menjadi-jadi tentang waktu dan jam tangan baru; setiap detik menit dan jam yang berlalu tanpa aku–dan kamu pada tiga puluh hari terakhir tak dapat terulang menjadi

Kata yang Tidak Berkata

setiap kata memiliki makna kecuali kita bising di kepalamu dan gemuruh detak jantungku menggebu tanpa malu tetapi tembok itu masih memenangkan segala perang tentang keakuan dan diam masih menjadi kalimat panjang menggantikan setiap pelukan-pelukan batu dalam jiwamu tetap satu akhirnya yang ramai hanya bisu berkata tanpa kata-kata

Dua Merpati Ayah Telah Terbang

Musim terus berganti. Tak ada yang berubah dengan keadaan daerah pemukiman kumuh pinggiran ibukota ini. Rumah-rumah susun berbaris rapih mengikuti perkembangan zaman. Panas. Bukan masalah besar bagi mereka yang memang kurang dalam finansial. Rumah kumuh bantaran kali ataupun rel kereta masih ada. Masih tersenyum kecut menghadapi kehidupan yang kian hari makin mengeras. Banyak yang berpindah-pindah, tetap saja ibukota selalu ramai. Bising. Bau. Tak alami. Tapi lihatlah kampung ini, suara gemuruh pasir-pasir yang baru turun dari truk, anak-anak tertawa dan menangis, serta ibu-ibu yang sibuk meratapi atau bahkan menyombongkan hidupnya. Seekor burung merpati terbang di atas atap-atap padat pemukiman. Dibawahnya, bocah-bocah kecil berlarian mengikuti arah sang merpati. Anto, salah satu dari bocah-bocah itu. Bocah-bocah berlarian tertawa dan saling mengejek, berebut untuk mendapatkan merpati itu, kecuali Anto. Anto tidak sedang bermain ia sedang dalam sebuah bahaya. Keringatnya sudah men

[OOT] Satu Kursi dan Air Mata

Post ini hanya berisi curahan hati. Bagaimana perasaan, kekuatan mental, dan reaksi orang terdekat selama menempuh perjuangan mendapatkan kursi di PTN. Memang menyimpang dari tujuan awal membuat blog jendelaadin . Jika Anda tidak ingin membaca silahkan untuk keluar. Jika ingin melanjutkan... Selamat membaca UN - STIS - SNMPTN      Ujian Nasional atau lebih akrab disapa UN ini masih menjadi 'masalah' terbesar selama kelas 12 (sebelum era transisi yang menyebalkan itu). Menjelang UN saya seperti anak kelas 12 pada umumnya disibukkan dengan berbagai kegiatan mulai dari bimbel di luar sekolah, pemantapan di sekolah, ujian praktik, ujian sekolah, dan setumpuk kegiatan lainnya. Lelah? Jangan ditanya. Saya merelakan hari minggu disaat anak-anak lain bersantai di rumah saya dan teman lainnya membahas soal-soal tryout. Alhamdulillah saya dikelilingi teman-teman yang pintar pada bidangnya masing-masing.      Sebelum UN, saya mendapat broadcast tentang pendaftaran P

Surat Tentang Rindu

Selamat pagi, jika di sana pagi. Selamat siang, jika di sana siang. Selamat sore, jika di sana matahari mulai merunduk ke arah barat. Selamat malam, jika langit di kepalamu penuh gelap–gulita. Maaf, awal surat ini tak begitu baik. Aku bukan seorang penulis yang pandai merajut kata melalui pena. Selain itu, karena aku tak pernah tahu kapan kau membaca surat ini. Oh iya, aku sampai lupa. Apa kabar, Bim? Lama juga ya tidak surat-menyurat seperti ini. Aku mengirim surat ini hanya ingin meminta pendapatmu, tentang hal paling basi dari romansa remaja. Apalagi, selain rindu. Kemarin, temanku mengatakan bahwa sebaik-baiknya rindu adalah yang dihadiahi sebuah temu. Apa kamu setuju dengan itu? Ia menceritakan padaku kisah cinta "Gilang dan Luna" yang romantis juga membuatku ingin bilang najis ! , aku sampai mual mendengarnya. Apa kau tidak keberatan jika aku bercerita disini? Aku hanya ingin tahu, apakah kau juga mual atau tidak. Hahaha, aku tahu kau paling benci cerita cinta